BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Bahasa bidang Linguistik Perbandingan (Ilmus Bahasa Komparatif)
memunculkan suatu kesadaran pada para ahli bahasa, bahwa sesungguhnya
terdapat perbedaan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya.
Para ahli mulai meragukan tata bahasa Tradisional yang bersifat
universal, yang memandang dan memperlakukan semua bahasa sebagai bahasa
yang mempunyai pola gramatikal yang sama dengan bahasa Yunani Latin. Hal
inilah yang melahirkan aliran baru dalam Ilmu Bahasa, yang disebut
Aliran Struktural.
Linguistik strukturalis berusaha mendiskripsikan suatu bahasa
berdasarkan ciri atau sifat khas bahasa itu sendiri. Pandangan ini
adalah akibat dari konsep-konsep baru terhadap studi bahasa yang
dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern, yaitu Ferdinand de Saussure.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran linguistik
struktural ini berfungsi untuk mengetahui kekhasan setiap bahasa.
Dengan mengetahui kekhasan bahasa maka kita bisa lebih mudah mempelajari
bahasa tersebut.
Oleh karena itu, kita akan mengkaji seluk-beluk aliran linguistik strukturalis pada bab berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh aliran linguistik strukturalis?
2. Apa ciri-ciri aliran linguistik struktural?
3. Apa saja analisis struktural?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tokoh aliran linguistik strukturalis beserta ilmu yang dikembangkannya.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri aliran linguistik struktural.
3. Untuk mengetahui berbagai analisis struktural.
D. Manfaat
1. Menambah wawasan dan ilmu kebahasaan.
2. Mengetahui sejarah ilmu bahasa.
3. Mengetahui karakteristik suatu bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh Aliran Linguistik Struktural
Aliran struktural lahir pada awal abad XX atau tepatnya tahun 1916. Berikut adalah para ahli yang mempelopori aliran struktural.
1. Ferdinand de Sasussure
Ferdinand de Sasussure dilahirkan di Swiss pada tanggal 26 November
1857. Beliau kuliah di Leipzig, dan kemudian di Universitas Paris. Buah
pikirannya tentang ilmu bahasa dikumpulkan dan dibukukan oleh
murid-muridnya yang diterjemahkan dengan judul Cours de Linguistique
Generale.
Berikut adalah hasil dari buah pikiran Ferdinand de Sasussure
berdasarkan buku Abdul Chaer (2012: 346) dan Maksan & Ermanto (2011:
13).
a. Telaah Sinkronik dan Diakronik
Menurut Chaer (2012: 347), yang dimaksud dengan telaah bahasa secara
sinkronik adalah mempelajari bahasa pada kurun waktu tertentu saja.
Sedangkan telaah bahasa diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa,
atau sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh penuturnya. Maksan &
Ermanto (2011: 14) menambahkan, pemisahan telaah bahasa secara sinkronik
dan diakronik dianggap sangat baru sewaktu zaman Sasussure. Lain halnya
dengan sekarang, pemisahan tersebut sudah di anggap wajar.
Berdasarkan teori di atas, dapat saya pahami bahwa dulunya tidak ada
pemisahan telaah bahasa secara sinkronik dan diakronik. Saussure
kemudian mengemukakan studi tersebut, yang berfungsi untuk membedakan
kajian bahasa berdasarkan waktu.
b. La Langue dan La Parole
Chaer (2012: 347) menjelaskan, la langue adalah sistem tanda yang
yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara anggota masyarakat
yang sifatnya abstrak. Sedangkan la parole adalah pemakaian langue oleh
masing-masing anggota masyarakat yang sifatnya konkret. Parole adalah
wujud bahasa yang konkret dan dapat diteliti. Maksan & Ermanto
(2011: 13) menjelaskan bahwa la parole adalah manifestasi bahasa secara
individual. Parole adalah apa yang diucapkan oleh masyarakat. Selain la
langue dan la parole, juga ada le langage. Langage adalah bahasa dalam
pengertian umum, sebagai alat komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas, saya menyimpulkan bahwa terdapat tiga
komponen yang saling berkaitan dalam kajian ini. Yaitu la langue, la
parole, dan le langage. Ketiganya adalah bahasa dalam pengertian yang
berbeda dan memiliki kedudukannya masing-masing. Langue merupakan bahasa
tertentu yang digunakan seseorang. Parole adalah ujaran untuk
menyampaikan bahasa itu sendiri. Sedangkan langage adalah bahasa secara
menyeluruh.
c. Signifiant dan Signifie
Menurut Chaer (2012: 348), signifiant adalah citra bunyi atau kesan
psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie
adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita.
Dari teori di atas, saya dapat memahami bahwa signifiant adalah kesan
dalam pikiran yang muncul kita saat mendengar oleh orang lain
mengucapkan sesuatu. Sedangkan signifie adalah pengertian yang ditangkap
oleh pikiran kita.
d. Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik
Menurut Chaer (2012: 349), yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan,
yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Sedangkan yang dimaksud
dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan yang terdapat dalam
unsur-unsur suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis tidak terdapat
dalam tuturan yang bersangkutan.
Maka, dapat saya simpulkan bahwa dalam hubungan sintagmatik,
unsur-unsur pada sebuah ujaran harus berurutan. Jika tidak berurutan,
ujaran tersebut bisa tidak bermakna. Sedangkan pada hubungan
paradigmatik, unsur-unsur yang berbeda ataupun sama saling membentuk
ujaran satu sama lain.
2. Franz Boas
Franz Boas adalah ahli Geografi kelahiran Jerman. Ia adalah orang
Amerika pertama yang menerapkan teori-teori bahasa terhadap
bahasa-bahasa yang berbeda di luar benua Eropa. Ia meneliti
bahasa-bahasa Indian di Amerika. Maksan & Ermanto (2011: 17)
mengatakan, hasil penelitian Franz Boas memberikan kesimpulan bahwa
bahasa harus dipelajari dengan memperhatikan struktur bahasa itu
sendiri. Struktur bahasa yang satu tidak sama dengan struktur bahasa
yang lain. Boas memfokuskan penelitiannya pada la parole.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat saya simpulkan bahwa struktur
bahasa penting untuk dipelajari karena struktur itulah yang membedakan
satu bahasa dengan bahasa yang lain. Jika kita ingin menguasai suatu
bahsa, maka sangat penting untuk mempelajari strukturnya.
3. Edward Sapir
Edward Sapir adalah murid Franz Boas, yang pada mulanya seorang ahli antropologi dan akhirnya tertarik pada ilmu bahasa.
Maksan & Ermanto (2011: 17) menjabarkan tipologi bahasa Edward Sapir yang dibagi atas empat macam, sebagai berikut:
a. Bahasa Isolasi, yakni bahasa yang tiap-tiap unsurnya bebas, tidak terikat.
b. Bahasa Aglutinasi, yakni bahasa yang elemen-elemen terikatnya ditempel-tempelkan.
c. Bahasa Polisitetik, yakni bahasa yang elemen semantik pentingnya berupa bentuk terikat.
d. Bahasa Infleksi, yakni bahasa yang kata-katanya mengenal perubahan dalam bentuk infleksi.
Dapat saya simpulkan bahwa Edward Sapir membagi kajian bahasanya berdasarkan keterikatan unsur bahasa dan perubahan bentuknya.
4. Leonard Bloomfield
Bloomfield adalah orang pertama yang menjadikan ilmu bahasa otonom
dan ilmiah. Bloomfield sangat dipengaruhi oleh aliran
Empirisme/Behaviorisme, yang mengkaji hal-hal nyata saja seperti tingkah
laku yang kasat mata. Dari data kebahasaan yang ditemuinya di lapangan
secara empiris itu, Bloomfield mengambil suatu generalisasi yang menjadi
kaidah ilmu bahasa sebagai kesimpulan akhirnya.
Maksan & Ermanto (2011: 18) menjabarkan beberapa hal yang dikemukakan oleh Bloomfield sebagai berikut:
a. Peminjaman
b. Masyarakat Bahasa
Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang menggunakan suatu bahasa untuk berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari.
c. Immediate Constituent
Immediate constituent adalah konstituen yang secara langsung membentuk suatu konstruksi.
d. Fonem
e. Morfem
Berdasarkan uraian di atas, saya setuju dengan uraian dari Maksan
& Ermanto karena jelas dan sesuai dengan empirisme. Teori-teori
tersebut dapat disesuaikan dengan kenyataan yang bisa kita temui
sehari-hari, dan sesuai dengan teori yang saya pelajari sebelumnya.
5. Preskriptif dan Deskriptif
Menurut Maksan & Ermanto (2011: 22), sifat preskriptif ialah saat
menganalisis bahasa, para ahli bahasa cenderung mempertahankan kaidah
bahasa yang berlaku. Sedangkan sifat deskriptif artinya para pakar atau
peneliti bahasa mendeskripsikan segenap gejala bahasa yang digunakan
oleh masyarakat.
Dapat saya simpulkan bahwa sifat preskriptif akan membantu peneliti
agar tidak melenceng dalam menganalisa bahasa sesuai dengan kaidah yang
sudah berlaku sejak lama. Namun, peneliti tidak pula terpaku pada kaidah
yang berlaku sejak lama, karena zaman akan berubah-ubah. Maka,
penggunaan sifat deskriptif berguna untuk melihat perkembangan bahasa
itu sendiri. Sehingga nantinya akan ada revisi atau penyesuaian bahasa
oleh para pakar.
B. Ciri-ciri Aliran Struktural
Soeparno (2002: 48) menjabarkan ciri-ciri aliran struktural sebagai berikut:
1. Berlandaskan pada paham behavioristik.
2. Bahasa berupa ujaran.
3. Bahasa berupa sistem tanda.
4. Bahasa merupakan faktor kebiasaan.
5. Kegramatikalan berdasarkan keumuman.
6. Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi.
7. Tekanan analis pada bidang morfologi.
8. Bahasa merupakan deretan sintagmatik dan paradigmatik.
9. Analisis bahasa secara deskriptif.
10. Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung.
C. Analisis Struktural
Berdasarkan penjabaran Alwasilah (2011: 174), analisis struktural adalah sebagai berikut:
1. Membedakan makna leksis dan makna struktur.
2. Tata bahasa diartikan sebagai perangkat bentuk formal dengan
demikian pemerian gramatiknya formal tidak notional, yaitu berdasarkan
bukti-bukti sintaksis morfologis yang jelas teramati.
3. Dalam analisis sintaksis, diperhatikan bentuk kata, tertib kata, kata fungsi, dan intonasi.
4. Analisis bergerak dari bentuk menuju makna, dari fonem menuju kalimat.
5. Jenis kata dibagi atas fungsi dan leksis.
6. Membedakan ujaran dan tulisan dengan prioritas bahasan pada ujaran.
7. Memberikan perhatian pada ragam bahasa.
8. Menganalisis kalimat dengan metode unsur bawahan langsung
yang ternyata tidak bisa menjelaskan kalimat-kalimat yang berdwiarti.
9. Menekankan pentingnya studi perbandingan antara bahasa dalam menganalisis kalimat.
10. Bahasa diangggap sebagai proses stimulus-respon.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori yang saya jabarkan pada halaman-halaman
sebelumnya, dapat saya tarik kesimpulan bahwa aliran struktural yang
dipelopori oleh beberapa ahli membawa kajian baru bagi ilmu kebahasaan
di zamannya untuk mempermudah mengidentifikasi suatu bahasa. Melalui
berbagai teori dan patokan tertentu, bahasa dapat diteliti lebih mudah
dengan aliran ini. Aliran strukturalis mampu membuktikan bahwa setiap
bahasa punya kekhasannya sendiri sehingga perlu dibedakan dan diketahui
kekhasan tersebut. Maka, setiap bahasa pun memiliki identitasnya sendiri
dan bisa dipelajari lebih mudah dan spesifik. Oleh karena itu,
mempelajari aliran strukturalis ini sangat membantu dalam meneliti suatu
bahasa tertentu. Karena aliran yang dipelopori oleh Sasussure ini cukup
mudah dipahami dan bersifat empiris sehingga bisa disesuaikan dengan
sifat bahasa yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Maksan, Marjusman dan Ermanto. 2011. Dasar-dasar Ilmu Bahasa. Padang: UNP
Press.
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana
http:/makalahkmps.com/
0 komentar:
Posting Komentar