A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik
adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek
kajiannya; atau lebih tapat lagi, seperti dikatakan Martinet telaah ilmiah mengenai
bahasa manusia. Dalam pelbagai buku mungkin rumusannya agak berbeda, tetapi,
bahwa bahasa menjadi kajian linguistik, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.
Bahasa sebagai objek kajian linguistik bisa kita
bandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajian ilmu
fisika; atau dengan berbagai penyakit dan cara pengobatannya yang menjadi objek
kajian ilmu kedokteran; atau dengan gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang
menjadi objek kajian sosiologi. Meskipun dalam dunia keilmuan ternyata yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi
linguistik tetap merupakan ilmu yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa;
sedangkan ilmu lain tidak demikian.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa Objek Linguistik?
2.
Apa saja Ruang Lingkup Linguistik?
3. Bagaimanakah Metode Linguistik: dari
Mikro sampai Makro Linguistik dan Murni sampai Terapan?
B.
PEMBAHASAN
1.
Objek Linguistik: Bahasa
A. Pengertian Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia
memiliki lebih dari satu makna atau pengertian.
Dalam pendidikan formal di SMA,”Bahasa adalah alat komunikasi.”Sedangkan definisi bahasa
menurut Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak
menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok bahasa itu seperti apa yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko
Kentjono, yaitu “Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri.” [1]
Kriteria dalam menentukan dua buah
tuturan adalah dua bahasa yang berbeda berdasarkan
dua patokan, yaitu patokan linguistik dan patokan politis. Secara linguistik dua buah tuturan dianggap
sebagai dua bahasa yang berbeda apabila anggota
dari dua masyarakat tuturan itu tidak saling mengerti. Tetapi secara politis, dua buah bahasa yang berbeda berdasarkan
asal negaranya.
Oleh karena
itu, karena rumitnya dalam menentukan suatu parole (objek konkret) bahasa atau
bukan, hanya dialek saja dari bahasa lain, maka hingga kini belum pernah ada
angka yang pasti mengenai jumlah bahasa yang ada didunia ini.[2]
B. Hakikat Bahasa
a. Bahasa Sebagai Sistem
Sistem berarti susunan
teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna atau berfungsi.[3]
Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis
dan sistemis. Sistematis,
artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola
tertentu, sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan system tunggal, tetapi terdiri dari
sub-sistem/sistem bawahan.[4]
Jenjang subsistem dalam
linguistik, dikenal dengan nama tataran linguistic atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah
sampai tertinggi, yang menyangkut
ketiga subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam morfologi kata
menjadi satuan terbesar dan dikaji struktur dan proses kajiannya, sedangkan sintaksis kata
menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai unsur
pembentuk sintaksis yang lebih besar.[5]
b. Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan
pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai seluk-beluknya dikaji orang dalam
kegiatan ilmiah yang disebut ilmu semiotika atau semiologi.[6]
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang membuat penuturnya bisa menyampaikan
semua pemikiran atau sikap sebagai sebuah lambang atau simbol untuk mengacu
pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu digaris bawahi bahwa antara
lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak ada hubungan secara langsung.
Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan. Namun, kata saja tidak bisa
dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks penggunaan kata itu dalam
struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, dan kalimat. Konteks berperan
penting dalam penggunaan suatu kata sebagai lambang.[7]
c. Bahasa Adalah Bunyi
Yang dimaksud dengan
bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia.
Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang
primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang
keluar dari alat ucap manusia.
Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik. hanyalah bersifat
sekunder.
d. Bahasa Itu Bermakna
Yang dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu
pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiraan yang ingin disampaikan
dalam wujud bunyi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai
makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan
bahasa yang berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarki:b),
klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Semua
satuan itu memiliki makna. Namun karena ada perbedaan tingkatannya, maka jenis
maknanya pun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut
makna leksikal (al-ma’na:al-lafzhi:); yang berkenaan dengan frasa,
klausa dan kalimat disebut makna gramatikal (al-ma’na: al-nahwi:); dan
yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks (al-ma’na:
al-tada:wuli: atau al-ma’na: al-siya:qi:).[8]
e. Bahasa Itu Arbitrer
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak
adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Andaikata ada
hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkan, tentu lambang yang
dalam bahasa Arab berbunyi (bait) akan disebut juga (bait) dalam
bahasa Indonesia, bukan (rumah). Dengan kata lain, tidak ada kata yang
baik dan kata yang buruk dalam membincangkan nama-nama satuan-satuan kosakata.[9]
f. Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang
dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu
konsep tertentu bersifat konvesional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa
itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.[10]
g. Bahasa Itu Produktif
Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan
unsur yang jumlahnya terbatas dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya
tidak terbatas, meski secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam
bahasa tersebut. Oleh karenanya, bahasa dikatakan produktif.[11]
h. Bahasa Itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti
setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri
yang tidak dimiliki oleh bahasa
lainnya.
Ciri khas ini menyangkut system bunyi,
sistem pembentukan kata, kalimat
atau system-sistem
lainnya. Salah
satu keunikan bahasa Indonesia
yaitu bahwa tekanan
kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis,
maksudnya makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan kalimat.[12]
i.
Bahasa Itu Universal
Ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa
yang ada di dunia ini. Ciri-ciri itu menjadi unsur bahasa yang paling umum yang
bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu
berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa
bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti
lain dari keuniversalan yang bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa
(tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana
(maqa:l). Namun, pembentukan satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.[13]
j.
Bahasa Itu Dinamis
Bahasa merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak
pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk hidup yang
berbudaya dan bermasyarakat. Dalam kehidupan didalam masyarakat kegiatan
manusia itu tidak tetap dan selalu berubah-ubah, maka bahasa juga men-jadi ikut
berubah, menjadi tidak tetap, dan menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa
itu disebut dinamis.[14]
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon. Perubahan yang
paling jelas, dan paling banyak terjadi terdapat pada bidang leksikon dan
semantik. Hampir setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan
budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna yang baru.
Perubahan bahasa yang terjadi bisa berupa pengembangan dan perluasan ataupun
berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa bersangkutan.
Kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh bahasa inilah yang membuat sebagian ahli
menganggap bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah ka:milah).[15]
k. Bahasa Itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu
diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam
bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan
oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam
atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan,
atau untuk keperluan tertentu, untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang
disebut ragam baku atau ragam standar dan untuk situasi yang tidak formal
digunakan ragam yang tidak baku atau nonstandar.[16]
l.
Bahasa Itu Manusiawi
Bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah
bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan
oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya
digunakan untuk keperluan hidup “kebinatangannya” itu saja.[17]
C. Bahasa dan Faktor Luar-Bahasa
Objek kajian linguistik mikro adalah struktur intern
bahasa atau sosok bahasa itu sendiri, sedangkan kajian linguistik makro adalah
bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa.[18]
Hubungan
bahasa dengan masyarakat adalah:
a. Masyarakat Bahasa
Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa pada “merasa
menggunakan bahasa yang sama", maka konsep masyarakatnya menjadi lebih
luas dan sempit sehingga patokan linguistik umum menjadi lebih longgar. Misal
secara linguistik bahasa Indonesia dan Malaysia
adalah bahasa yang sama, keduanya dapat
mengerti dengan bahasa masing-masing.[20]
b. Variasi dan Status Sosial Bahasa
Pada
penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa sangat
beragam, dan bahasa yang digunakan
juga beragam.
Dalam
beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan yang membedakan adanya dua
macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.[21]
1. Variasi bahasa
tinggi (T) yang digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato
kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat-menyurat resmi,
dan buku pelajaran.
2. Variasi bahasa
rendah (R) digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di
warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi, dan catatan untuk diri sendiri.
c. Penggunaan Bahasa
Hymes
(1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan
menggunakan bahasa harus memperhatikan 8 unsur, yang diakronimkan menjadi
SPEAKING, yakni:[22]
1.
Setting and Scene, yaitu unsur yang berhubungan dengan tempat dan waktu
terjadinya percakapan.
2.
Participants,
yaitu orang-orang
yang terlibat dalam percakapan.
3.
Ends,
yaitu maksud dan
hasil percakapan.
4.
Act Sequences,
yaitu hal yang menunjuk
pada bentuk dan
isi percakapan.
5.
Key,
yaitu cara atau semangat dalam percakapan.
6.
Instrumentalities,
yaitu jalur percakapan apakah lisan atau tulisan.
7.
Norms,
yaitu norma perilaku peserta percakapan.
8.
Genres,
yaitu kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
d. Kontak Bahasa
Indonesia adalah negara
yang multilingual. Dalam masyarakat multilingual yang
mobilitas geraknya
tinggi, maka anggota-anggota
masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih,
baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan kebutuhannya.[23]
Bloomfield mengartikan bilingual sebagai
penguasaan yang sama baiknya oleh seseorang terhadap dua bahasa. Uriel Weinrich
mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian. Sedangkan
Einar Haugen mengartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya.[24]
Dalam
masyarakat bilingual dan multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa dan
budaya dapat terjadi peristiwa:[25]
Ø
Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain kedalam bahasa yang sedang digunakan.Contoh
dalam tataran fonologi: kata Bogor dibaca mbogor.
Ø
Integrasi
yaitu unsur bahasa yang terbawa masuk, sudah dipakai sebagai bagian dari bahasa
yang menerimanya sesuai dengan ejaan maupun tata bentuknya.
Ø
Alihkode
merupakan beralihnya panggunaan suatu kode kedalam kode lain yang terjadi
karena adanya sebab.
Ø
Campurkode (code-mixing) yaitu dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan dan
disadari oleh si pembicara.
e. Bahasa dan Budaya
Dalam
sejarah linguistik ada hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa
dan kebudayaan, yang dikeluarkan oleh dua orang pakar, Edward Sapir dan
Benjamin Lee Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan, cara
berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Misalnya
jadwal acara yang sudah
disusun tidak tepat waktu sehingga di Indonesia ada ungkapan jam karet.[26]
Hipotesis
Sapor -Whorf ini memang tidak banyak diikuti orang, yang banyak diikuti adalah
kebalikan dari hipotesis Sapor-Whorf, yaitu bahwa kebudayaanlah yang
mempengaruhi bahasa.
D. Klasifikasi Bahasa
Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang
ada pada setiap bahasa.[27] Kriteria
yang digunakan untuk membuat klasifikasi, menurut Greenberg suatu klasifikasi
harus memenuhi persyaratan nonarbitrer (tidak boleh semaunya), ekshautik
(klasifikasi yang dilakukan tidak bersisa), dan unik (apabila suatu bahasa telah
masuk pada satu kelompok tidak boleh masuk ke kelompok lainnya).
1.
Pendekatan
genetis yang hanya melihat garis keturunan.
Hasilnya
disebut klasifikasi genetis/geneologis, artinya suatu bahasa diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
2.
Pendekatan
tipologis, menggunakan
kesamaan tipologis.
3. Pendekatan
areal menggunakan pengaruh timbal balik antara suatu bahasa dengan bahasa lain
untuk membuat klasifikasi.
4.
Pendekatan sosiolinguistik membuat klasifikasi
berdasarkan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor yang berlaku dalam
masyarakat.
E. Bahasa Tulis dan Sistem Aksara
Berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi objek
linguistik, maka bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa
tulis adalah bahasa sekunder.[29]
Meskipun
dikatakan bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulis adalah sekunder, tetapi peranan atau fungsi bahasa tulis didalam
kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulis sudah dibuat orang dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab
kalau tidak hati-hati, tanpa pertimbangan dan pemikiran, peluang untuk
terjadinya kesalahan sangat besar. Sedangkan dalam bahasa lisan setiap kesalahan
bisa segera diperbaiki. Lagi pula bahasa lisan sangat dibantu oleh intonasi,
tekanan, mimik, dan gerak-gerik si pembicara.[30]
v
Huruf
istilah umum untuk grafem dan graf.
v
Abjad atau
alfabet adalah urutan huruf-huruf dalam suatu sistem aksara.Misal aksara A
sampai Z.
v
Aksara
adalah keseluruhan sistem tulisan, Misalnya aksara arab.
v
Graf
adalah satuan terkecil dalam aksara yang belum ditentukan
statusnya.
v
Grafem
adalah satuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem, suku kata, atau morfem tergantung dari sistem aksara yang bersangkutan.
v
Alograf
adalah varian dari grafem.
v
Grafiti
adalah corat-coret dinding, tembok, dan pagar.
v
Kaligrafi
adalah seni menulis indah.
Ejaan yang
ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau
sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk melambangkan satu fonem.[33]
2.
Ruang Lingkup Linguistik
1. Fonologi
Bidang Linguistik yang mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi,
yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu
ilmu. Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi
dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa
dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda
makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna.[34]
2. Morfologi
Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian
dari tata bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala hal proses
pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Dalam bahasa Arab, ilmu ini lebih dikenal dengan ‘ilm
al-sharf, yang merupakan satuan gramatikal yang membahas masalah struktur
intern kata. Secara terminologi morfologi adalah salah satu dari bidang
linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal
(Verhaar, 2003, 97). Devinisi lain dikemukakan oleh Hijazi (1978:55) yang
menyatakan bahwa Morfologi penyatuan dari beberapa unsur bunyi yang ada
sehingga menjadi sebuah kata yang mengalami afiksasi.[35]
3. Sintaksis
Secara etimologi, sintaksis berarti
‘menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat’.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di
dalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
tata bahasa atau gramatika. Jadi, sintaksis ialah ilmu yang mempelajari
hubungan aantara kata, frase, klausa, kalimat yang satu dengan kata, frase,
klausa, kalimat yang lain. Kata, frase, klausa dan kalimat inilah yang oleh
para ahli disebut sebagai satuan sintaksis.[36]
4. Semantik
3. Metode Linguistik: Dari Makro sampai Mikro Linguistik dan Interdisipliner sampai Terapan
1. Pembagian dalam linguistik
Pada dasarnya linguistic mempunyai 2 bidang besar, yaitu:[37]
a) Mikrolinguistik
: bidang linguistik yang mempelajari bahasanya; dengan perkataan lain,
mempelajari struktur bahasa itu sendiri.
b) Makrolinguistik
: bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan
faktor-faktor di luar bahasa; termasuk di dalamnya bidang interdisipliner dan
bidang terapan (Lyons 1975)
Dari sudut tujuan linguistik dapat pula dibagi atas:
Ø
Linguistik teoretis, yaitu bidang
penelitian bahasa untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa.
Ø
Linguistik terapan, yaitu penelitian
atau kegiatan dalam bidang bahasa yang bertujuan untuk memecahkan masalah
praktis.
Linguistik teoretis dapat bersifat umum, dapat bersifat khusus.
Linguistik teoritis umum (sering juga disebut linguistik umum saja) berusaha
untuk memahami cirri-ciri umum dalam berbagai bahasa; sedangkan linguistik
teoritis khusus berusaha untuk menyelidiki cirri-ciri khusus dalam bahasa tertentu
saja.[38]
Disamping bidang-bidang tersebut terdapat pula penyelidikan bahasa
yang bersifat interdisipliner, yaitu bidang penelitian bahasa yang bahannya
maupun pendekatannya mempergunakan dan dipergunakan oleh ilmu lain.
1.
Mikrolinguistik
Ø
Bidang Teorotis Umum
1)
Teori linguistik adalah cabang
linguistik yang memustkan perhatian pada teori umum dan metode-metode umum
dalam penyelidikan bahasa.
2)
Linguistik deskriptif juga disebut linguistik sinkronis, adalah
bidang linguistic yang menyelidiki system bahasa pada waktu tertentu saja.
Misalnya, Bahasa Indonesia dewasa ini, Bahasa Inggris yang dipakai oleh
Shakespeare, dan sebagainya, tanpa
memperhatikan perkembangannya dari waktu ke waktu. Cabang ini terbagi atas:
a.
fonologi deskriptif
b.
morfologi deskriptif
c.
sintaksis deskriptif
d.
leksikologi deskriptif
Fonologi meneliti cirri-ciri bunyi dan fungsi bunyi. Morfologi
menyelidiki kata, bagian-bagiannya dan kejadiannya. Sintaksis menyelidiki
satuan yang lebih besar dari kata, serta hubungan antara satuan-satuan itu.
Leksikologi menyelidiki perbendaharaan kata atau leksikon.[39]
Linguistik historis komparatif (diakronis)
menyelidiki perkembangan bahasa dari satu masa ke masa lain, serta
menyelidiki perbandingan satu bahasa dengan bahasa lain. Misalnya penyelidikan
tentang perkembangan Bahasa Melayu Kuno yang tertulis pada prasasti-prasasti
Sriwijaya sampai ke Bahsa Melayu Klasik hingga Bahasa Indonesia sekarang ini.
Contoh lain: studi perbandingan bahasa-bahasa di Indonesia, karena para sarjana
memperkirakan bahwa bahasa-bahasa itu pada zaman dahulu merupakan satu bahasa
(disebut bahasa purba).
Linguistik historis komparatif terbagi atas:
a.
fonologi historis komparatif
b.
morfologi historis komparatif
c.
sintaksis historis komparatif
d.
leksikologi historis komparatif
Ø
Bidang Teorotis Khusus
1.
Linguistik deskriptif
2.
Linguistik historis komparatif
2.
Makrolinguistik
Ø
Bidang Interdisipliner
1)
Fonetik ialah ilmu yang menyelidiki
bunyi; ilmu interdisipliner linguistic dengan fisika, anatomi, dan psikologi.
Dalam linguistik bidang ini dianggap penting, karena menyangkut bunyi bahasa.
2)
Stilistika ialah ilmu yang
menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam bentuk-bentuk sastra; ilmu
linguistic dengan kesusastraan.
3)
Filsafat bahasa ialah ilmu yang
menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta
dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik; ilmu interdisipliner dengan
filsafat.
4)
Psikolinguistik ialah ilmu yang
mempelajari hubungn antara bahasa dan perilaku dank al budi manusia; ilmu
interdisipliner dengan psikologi.[40]
5)
Sosiolinguistik ialah ilmu yang
menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat; ilmu interdisipliner
sosiologi dengan linguistik.
6)
Etnolinguistik ialah cabang
linguistic yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau
masyarakat yang belum mempunyai tulisan. (Bidang ini disebut juga linguistic
antropologi)
7)
Filologi ialah ilmu yang mempelajari
bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam
bahan-bahan tertulis.
8)
Semiotika ialah ilmu yang
mempelajari lambing-lambang dan tanda-tanda, mislnya tanda-tanda lalu lintas,
kode Morse, dan sebagainya.
9)
Epigrafi ialah ilmu yang mempelajari
tulisan kuno pada prasasti-prasasti.
Ø
Bidang Terapan
1)
Pengajaran bahasa mencakup
metode-metode pengjaran bahasa, bahan pelajaran bahasa, cara-cara mengajar
bahasa.
2)
Penterjemahan mencakup metode dan
teknik pengalihan amanat dari satu bahasa ke bahasa lain.
3)
Leksikografi mencakup metode dan
teknik penyusunan kamus.
4)
Fonetik terapan mencakup metode dan
teknik pengucapan bunyi bunyi dengan tepat, misalnya untuk melatih orang yang
gagap, untuk meltih pemain drama, dan sebagainya.
5)
Sosiolinguistik terapan mencakup pemanfaatan wawasan-wawasan
sosiolinguistik untuk keperluan yang praktis, seperi perencanaan bahasa,
pembinaan bahasa, pemberantasan buta huruf, dan sebagainya.
6)
Pembinaan bahasa internasional
mencakup usaha untuk menciptakan komunikasi dan saling pengertian internasional
dengan menyusun bahas buatan seperti Esperanto, Novial, Basic English, dan
sebagainya.
7)
Pembinaan bahasa khusus mencakup
penyusunan peristilahan dan gaya bahasa dalam bidang-bidang khusus, misalnya
dalam kalangan militer, dalam dunia penerbangan, dalam dunia pelayaran, dan
sebagainya.
8)
Linguistik medis mencakup cacat
bahasa dan sebagainya (disebut juga patologi bahasa).
9)
Grafologi ialah ilmu tentang tulisan.
10)
Mekanolinguistik mencakup penggunaan linguistic dalam ilmu computer dan
usaha untuk membuat mesin penterjemahan; dan juga usaha memanfaatkan computer
dalam penyelidikan bahasa, misalnya dalam menyusun konkordans teks-teks, dlam
penghitungan frekwensi kata-kata (untuk perkamusan dan untuk pengajaran
bahasa). Bidang ini disebut juga linguistik linguistic komputasi.[41]
C. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Objek Linguistik: Bahasa. Dan beberapa ciri atau sifat
yang hakiki dari bahasa tersebut, antara
lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu wujudnya
lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5)
bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu
bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat
produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12)
bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu merupakan
identitas penuturnya.
Ruang Lingkup Linguistik terdiri atas kajian terhadap
bunyi bahasa (fonologi “ilm al-ashwa:t” dan fonetik “ilm wazha:’if
al-ashwa:t"), kajian terhadap kata (morfologi “ilm al-sharf”),
kajian terhadap kalimat (sintaksis “ilm al-nahw”), dan kajian terhadap
makna (semantik “ilm al-dila:li:”).
Pada
dasarnya linguistik mempunyai dua bidang besar, yaitu mikrolinguistik dan
makrolinguistik. Dalam mikrolinguistik terdapat bidang teoretis yang terbagi
dalam bidang umum (teori linguistik, linguistik deskriptif, linguistik historis
komparatif) dan bidang khusus (linguistik deskriptif, linguistik historis
komparatif). Sedangkan dalam makrolinguistik terdapat bidang interdisipliner
(fonetik, stilistika, filsafat bahasa, psikolinguistik, sosiolinguistik,
etnolinguistik, filologi, semiotika, epigrafi) dan bidang teapan (pengajaran
bahasa, penterjemahan, leksikografi, fonetik terapan, sosiolinguistik terapan,
pembinaan bahasa internasional, pembinaan bahasa khusus, linguistic medis,
grafologi, mekanolinguistik).
DAFTAR PUSTAKA
v Abdul
Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012, cetakan
keempat).
v Moch.
Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern. (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, cetakan pertama).
Djoko Kentjono, Dasar-dasar Linguistik Umum,
(Depok: Fakultas Sastra U
[1] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012,
cetakan keempat), hal. 32
[2] Abdul Chaer, hal. 33
[3] Abdul Chaer, hal. 34
[4] Abdul Chaer, hal. 35
[5] Abdul Chaer, hal. 36
[6] Abdul Chaer, hal. 37
[7] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Pengantar Linguistik Arab
Klasik-Modern. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, cetakan
pertama) Hal. 4
[8] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 5-6
[9] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 6
[10] Abdul Chaer, hal. 47
[11] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 7
[12] Abdul Chaer, hal. 51
[13] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 7
[14] Abdul Chaer, hal. 53
[15] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 7-8
[16] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 8
[17] Abdul Chaer. Hal. 58
[18] Abdul Chaer, hal. 59
[19] Abdul Chaer, hal. 60
[20] Abdul Chaer, hal. 60
[21] Abdul Chaer, hal. 62
[22] Abdul Chaer, hal. 63
[23] Abdul Chaer, hal. 65
[24] Abdul Chaer, hal. 65-66
[25] Abdul Chaer, hal. 66
[26] Abdul Chaer, hal. 70
[27] Abdul Chaer, hlm. 71
[28] Abdul Chaer, hlm. 72
[29] Abdul Chaer, hal. 82
[30] Abdul Chaer, hal. 84
[31] Abdul Chaer, hal. 93
[32] Abdul Chaer, hal. 94
[33] Abdul Chaer, hal. 95
[34] Abdul Chaer. Hal. 102
[35] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 59
[36] Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Hal. 99
[37] Djoko Kentjono, Dasar-dasar
Linguistik Umum, (Depok: Fakultas Sastra UI, 1990, cetakan ketiga). Hal.
11.
0 komentar:
Posting Komentar